Bersyukur Diatas Kesulitan Orang Lain

"JANGAN JADIKAN KESULITAN ORANG LAIN SEBAGAI TOLAK UKUR UNTUK BERSYUKUR!!!"


Ya, aku setuju dengan kalimat tersebut. Karena pola pikirnya adalah:

1. Tidak perlu harus melihat kekurangan untuk bersyukur. Rahmat Tuhan sangat luas, sangat tidak etis rasanya mencari kekurangan agar bisa merasakan kelebihan yg diberikan Tuhan.

2. Pikirkan bagaimana jika kesulitan mu dijadikan tolak ukur bagi orang lain agar dia bisa bersyukur. Bukankah menyedihkan dan "lack of emphaty"? 

dan masih banyak lagi alasan mengapa kita tidak boleh menggunakan kesulitan orang lain sebagai ajang untuk mensyukuri seberapa beruntung nya hidup kita... 



Tapi, mari melihat ke sudut pandang yg berbeda.. 


Untuk beberapa kondisi seseorang yg sedang terpuruk, orang tersebut akan fokus pada dirinya dan keterpurukannya, dan yg akan tampak hanya dia dan kesulitannya. Pada kondisi tersebut, sebagian besar orang akan merasa sendiri, tidak ada yg mengerti perasaannya dan merasa berada di sudut dunia tanpa ada yg peduli. Kondisi seperti ini akan sangat rentan menyebabkan seseorang mengalami gangguan psikis. 


Pada kondisi tersebut, beberapa orang membutuhkan contoh konkrit kejadian yg dialami orang lain agar merasa tak sendiri dan dapat melihat dunia dengan lebih luas sehingga lebih mudah bagi seseorang mensyukuri kondisinya dan kembali bangkit dari keterpurukannya. 



Bagaimana aku tau?

I felt that. 


Aku pernah berada di posisi tersebut beberapa kali dalam hidup, dan yg paling dalam adalah baru baru ini di saat aku keguguran anak pertama ku. 


Seperti biasa, yg dilakukan orang yg mengalami kehilangan pasti akan menyalahkan keadaan dan pastinya diri sendiri. Merasa tidak berguna, merasa jadi orang tua yg buruk sehingga tidak pantas merawat anak, dan masih banyak pikiran yg membuat aku hampir gila saat itu. 


Bahkan, ketika aku tau suamiku juga pasti sedih, aku masih merasa keterpurukan di level yg berbeda.. karena aku yg mengandung, aku juga yg merasakan sakitnya ketika anak ku pergi. 

Saat itu aku pikir tidak ada yg akan paham kondisi ku. 


Sampai ketika aku bertemu banyak ibu ibu yg sudah jauh lebih tua, dan normalnya mereka menanyakan aku "sudah isi belum?" Ketika bertemu.. dan aku dengan terbuka menjawab kondisiku saat itu. Pada akhirnya mereka bercerita bahwa mereka pernah ada di posisi seperti itu, keguguran, kehilangan anak, sakit, dan lebih parah usia kandungan mereka saat itu lebih lama, pasti rasa sakitnya berkali lipat. Bahkan ada juga yg bercerita tentang kisah seseorang yg keguguran sebanyak 2 kali setelah program bayi tabung dan umur pernikahan yg ke 8 tahun, memakan biaya yg sangat banyak dan pasti membutuhkan kesabaran yg lebih luas lagi.


Jujur, saat mendengar semua itu, aku mulai bersyukur. Bukan bersyukur ada yg lebih sulit atau menertawakan kesulitan orang lain. Tapi menyadari bahwa, aku tidak sendiri, aku tidak berjuang sendiri, banyak yg bisa merasakan rasanya jadi aku, banyak tips dan cerita yg menguatkan kondisiku. Hidupku belum berakhir, duniaku tidak hancur, karena ternyata yg kisahnya lebih sulit pun sekarang hidupnya baik, sangat baik, mereka kuat, mereka sehat, dan insyaAllah mereka bahagia. Tidak ada yg perlu dikhawatirkan dalam hidup ini, karena setiap proses yg terjadi pasti ada hikmahnya. Dari mereka, aku sadar, aku juga pasti akan kuat, aku pasti akan sehat, dan aku akan baik baik saja menjalani hidupku setelah ini. 


Jadi, konsep "bersyukur setelah melihat kesulitan orang lain" itu tidak selamanya jahat, asal tidak diperlihatkan di depan orang orang, cukup tanamkan hikmah yg didapat dalam hati. 


Jangan mudah menilai buruk orang orang yg bersyukur lewat kesedihan orang lain, karena kita tidak pernah tau apa yg sedang mereka lalui❤️

Komentar

Postingan Populer